Duck hunt

1
Coollogo com 3072998829
Thankyou
WWW:LIEMBOY.XTGEM.COM

Images 7 Images 9

ASAL USUL BANYUWANGI

zaman dahulu di kawasan
ujung timur Propinsi Jawa Timur
terdapat sebuah kerajaan besar
yang diperintah oleh seorang Raja
yang adil dan bijaksana. Raja
tersebut mempunyai seorang
putra yang gagah bernama Raden
Banterang. Kegemaran Raden
Banterang adalah berburu. “Pagi
hari ini aku akan berburu ke
hutan. Siapkan alat berburu, ” kata
Raden Banterang kepada para
abdinya. Setelah peralatan
berburu siap, Raden Banterang
disertai beberapa pengiringnya
berangkat ke hutan. Ketika Raden
Banterang berjalan sendirian, ia
melihat seekor kijang melintas di
depannya. Ia segera mengejar
kijang itu hingga masuk jauh ke
hutan. Ia terpisah dengan para
pengiringnya.
“ Kemana seekor kijang tadi?”,
kata Raden Banterang, ketika
kehilangan jejak buruannya. “Akan
ku cari terus sampai dapat,”
tekadnya. Raden Banterang
menerobos semak belukar dan
pepohonan hutan. Namun,
binatang buruan itu tidak
ditemukan. Ia tiba di sebuah
sungai yang sangat bening airnya.
“Hem, segar nian air sungai ini,”
Raden Banterang minum air
sungai itu, sampai merasa hilang
dahaganya. Setelah itu, ia
meninggalkan sungai. Namun baru
beberapa langkah berjalan, tiba-
tiba dikejutkan kedatangan
seorang gadis cantik jelita.
“ Ha? Seorang gadis cantik jelita?
Benarkah ia seorang manusia?
Jangan-jangan setan penunggu
hutan, ” gumam Raden Banterang
bertanya-tanya. Raden Banterang
memberanikan diri mendekati
gadis cantik itu. “Kau manusia
atau penunggu hutan?” sapa
Raden Banterang. “Saya manusia,”
jawab gadis itu sambil tersenyum.
Raden Banterang pun
memperkenalkan dirinya. Gadis
cantik itu menyambutnya. “Nama
saya Surati berasal dari kerajaan
Klungkung”. “Saya berada di
tempat ini karena menyelamatkan
diri dari serangan musuh. Ayah
saya telah gugur dalam
mempertahankan mahkota
kerajaan, ” Jelasnya. Mendengar
ucapan gadis itu, Raden Banterang
terkejut bukan kepalang. Melihat
penderitaan puteri Raja
Klungkung itu, Raden Banterang
segera menolong dan
mengajaknya pulang ke istana.
Tak lama kemudian mereka
menikah membangun keluarga
bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja
Klungkung berjalan-jalan sendirian
ke luar istana. “Surati! Surati!”,
panggil seorang laki-laki yang
berpakaian compang-camping.
Setelah mengamati wajah lelaki
itu, ia baru sadar bahwa yang
berada di depannya adalah kakak
kandungnya bernama Rupaksa.
Maksud kedatangan Rupaksa
adalah untuk mengajak adiknya
untuk membalas dendam, karena
Raden Banterang telah membunuh
ayahandanya. Surati menceritakan
bahwa ia mau diperistri Raden
Banterang karena telah berhutang
budi. Dengan begitu, Surati tidak
mau membantu ajakan kakak
kandungnya.
. Rupaksa marah
mendengar jawaban adiknya.
Namun, ia sempat memberikan
sebuah kenangan berupa ikat
kepala kepada Surati. “Ikat kepala
ini harus kau simpan di bawah
tempat tidurmu, ” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak
kandungnya tidak diketahui oleh
Raden Banterang, dikarenakan
Raden Banterang sedang berburu
di hutan. Tatkala Raden Banterang
berada di tengah hutan, tiba-tiba
pandangan matanya dikejutkan
oleh kedatangan seorang lelaki
berpakaian compang-camping.
“ Tuangku, Raden Banterang.
Keselamatan Tuan terancam
bahaya yang direncanakan oleh
istri tuan sendiri, ” kata lelaki itu.
“Tuan bisa melihat buktinya,
dengan melihat sebuah ikat kepala
yang diletakkan di bawah tempat
peraduannya. Ikat kepala itu milik
lelaki yang dimintai tolong untuk
membunuh Tuan, ” jelasnya.
Setelah mengucap mengucapkan kata-kata
itu, lelaki berpakaian compang-
camping itu hilang secara
misterius. Terkejutlah Raden
Banterang mendengar laporan
lelaki misterius itu. Ia pun segera
pulang ke istana. Setelah tiba di
istana, Raden Banterang langsung
menuju ke peraaduan istrinya.
Dicarinya ikat kepala yang telah
diceritakan oleh lelaki berpakaian
compang-camping yang telah
menemui di hutan. “Ha! Benar
kata lelaki itu! Ikat kepala ini
sebagai bukti! Kau merencanakan
mau membunuhku dengan minta
tolong kepada pemilik ikat kepala
ini !” tuduh Raden Banterang
kepada istrinya. “ Begitukah
balasanmu padaku?” tandas Raden
Banterang.”Jangan asal tuduh.
Adinda sama sekali tidak
bermaksud membunuh Kakanda,
apalagi minta tolong kepada
seorang lelaki !” jawab Surati.
Namun Raden Banterang tetap
pada pendiriannya, bahwa istrinya
yang pernah ditolong itu akan
membahayakan hidupnya.
Nah,
sebelum nyawanya terancam,
Raden Banterang lebih dahulu
ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat
menenggelamkan istrinya di
sebuah sungai. Setelah tiba di
sungai, Raden Banterang
menceritakan tentang pertemuan
dengan seorang lelaki compang-
camping ketika berburu di hutan.
Sang istri pun menceritakan
tentang pertemuan dengan
seorang lelaki berpakaian
compang-camping seperti yang
dijelaskan suaminya. “Lelaki itu
adalah kakak kandung Adinda.
Dialah yang memberi sebuah ikat
kepala kepada Adinda, ” Surati
menjelaskan kembali, agar Raden
Banterang luluh hatinya. Namun,
Raden Banterang tetap percaya
bahwa istrinya akan mencelakakan
dirinya. “Kakanda suamiku!
Bukalah hati dan perasaan
Kakanda! Adinda rela mati demi
keselamatan Kakanda. Tetapi
berilah kesempatan kepada
Adinda untuk menceritakan
perihal pertemuan Adinda dengan
kakak kandung Adinda bernama
Rupaksa, ” ucap Surati
mengingatkan.
“ Kakak Adindalah yang akan
membunuh kakanda! Adinda
diminati bantuan, tetapi Adinda
tolah !”. Mendengar hal tersebut ,
hati Raden Banterang tidak cair
bahkan menganggap istrinya
berbohong.. “Kakanda ! Jika air
sungai ini menjadi bening dan
harum baunya, berarti Adinda
tidak bersalah! Tetapi, jika tetap
keruh dan bau busuk, berarti
Adinda bersalah !” seru Surati.
Raden Banterang menganggap
ucapan istrinya itu mengada-ada.
Maka, Raden Banterang segera
menghunus keris yang terselip di
pinggangnya. Bersamaan itu pula,
Surati melompat ke tengah sungai
lalu menghilang.


Tidak berapa lama, terjadi sebuah
keajaiban. Bau nan harum
merebak di sekitar sungai. Melihat
kejadian itu, Raden Banterang
berseru dengan suara gemetar.
“Istriku tidak berdosa! Air kali ini
harum baunya!” Betapa
menyesalnya Raden Banterang. Ia
meratapi kematian istrinya, dan
menyesali kebodohannya. Namun
sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum
baunya. Dalam bahasa Jawa
disebut Banyuwangi. Banyu
artinya air dan wangi artinya
harum. Nama Banyuwangi
kemudian menjadi nama kota
Banyuwangi.

Images 10 13

fb
SHARE
FACEBOOK


BUDAYA NGANJUK
Wisata nganjuk
Cerita sedudo
cerita candi Ngetos
Nganjuk
copi paste liemboy.xtgem.com
29-9-2010